Hal yang biasa bagi Muslimah bersedih hingga menangis ketika ditinggal orang-orang yang dicintainya. Rasulullah Saw. pun bersedih ketika putranya, Ibrahim, wafat. Sahabat yang bertakziah sampai bertanya, “Mengapa engkau menangis? Bukankah engkau pernah melarang kami menangisi orang mati?”
Rasulullah Saw. menjawab, “Aku tidak pernah melarang berdukacita (bersedih), tetapi yang pernah kularang itu hanya mengangkat suara dengan menangis. Apa-apa yang kamu lihat kepadaku adalah bekas apa yang terkandung didalam hati dan rasa cinta dan sayang. Siapa saja yang tidak menyatakan kasih sayang, orang lain tidak akan menyatakan kasih sayang terhadapatnya.”
Bersedih merupakan sunnatullah yang hinggap pada setiap hati manusia. Namun demikian, kebolehan bersedih tetap memperhatikan batas-batas kewajaran. Tidak diperkenankan meratap apalagi sampai meluapkan amarah membabi buta.
Rasulullah Saw. mengingatkan, “Bukan dari golonganku orang yang (ditinggal mati keluarganya) memukul-mukul pipi dan merobek-robek (kain) saku dan menjerit-jerit dengan suara jeritan kaum jahiliah” (HR Bukhari dan Muslim). (reportaseterkini)